Featured

4 Diusir Mbok Yem (part3)

(Pendakian Gunung Lawu, 9-11 Nopember 2012)

Sedari subuh, mata kami mulai terjaga. Namun tubuh masih enggan beranjak dari sleeping bag. Syukurlah pagi itu langit cerah berseri, dan indahnya kemunculan mentari dari peraduannya berhasil mengalahkan rasa malas kami. Inilah salah satu pemandangan luar biasa yang dapat dinikmati di Gunung. Sunrise. Suasana sunrise itu bak wajah gadis yang akan dilamar pria idamannya. Hmm anda belum mengerti juga? Ibaratkan Langit adalah wajah gadis tersebut dan mentari adalah pria idamannya. Langit kan cerah merona ketika sang idaman datang membawa janji pasti nan suci. Sunrise.


Sunrise di Lawu
[07.55] Summit Attack!!!
Jarak dari perkemahan (Mbok Yem) menuju puncak Hargodumilah tidak lah jauh, hanya dalam waktu 15 menit kami bisa mencapainya. Dan di sini lah kami. Puncak tertinggi Gunung Lawu, Hargodumilah 3625mdpl.

Kita tak perlu lagi mendongak untuk melihatnya.
Kita tak perlu lagi membayangkannya.
Karena kita telah menaklukannya.
Di mana titik tertinggi berada di bawah titik terendah tubuh kita.
Di mana angin bebas menerpa tubuh tanpa takut ada yang halangi.
Di mana pandangan bebas menebar tanpa khawatir tertutup.
Di mana ada rasa yang tak dapat ditemui selain di sini.

Tak lupa ketika berada di titik tertinggi, kami melakukan selebrasi tanpa malu, yang mungkin akan buat semua pendaki menoleh.

“1...2...3...puncaaaak” beteriak bersama. Lepas tanpa ragu. Lantang kian nendang. Tenang agar senang

Puncak Gunung Lawu "Hargo Dumilah"


Puncak Gunung Lawu ditandai dengan sebuah monumen yang di”sponsori” oleh salah satu produsen alat tulis, salah satu dinas pemerintahan dan TNI. Dan itu yang buat aku heran, kok bisa ada monumen sebesar itu di Puncak Tertinggi sebuah Gunung. Tapi itu adanya dan begitu lah Lawu dengan segala hal yang buat aku heran.

Kami turun melalui jalur yang sama dengan rasa yang berbeda


“Puncak mana lagi yang akan kita taklukkan”

Salam dari atas awan...


Salam Pejuang Mimpi
Read more

5 Diusir Mbok Yem (part2)

(Pendakian Gunung Lawu, 9-11 Nopember 2012)

Cemoro Kandang adalah salah satu basecamp dan jalur pendakian Gunung Lawu selain Cemoro Sewu. Cemoro Kandang masih berada di kecamatan Tawangmangu, Jawa Tengah dan letaknya hanya 50 meter-an dari perbatasan Jawa Tengah–Jawa Timur. Sementara Cemoro Sewu berada di Sarangan, Jawa Timur. Melalui 2 jalur pendakian ini, kita dapat menggapai 3 puncak gunung Lawu. Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah.


Basecamp Cemoro Kandang
[10.50] pendakian di mulai...

Pendakian melalui jalur Cemoro Kandang ini, kami setidaknya melalui 4 pos resmi dan 1 pos bayangan. Biasanya pos-pos pendakian telah berdiri sebuah bangunan, baik permanen maupun semipermanen, tapi ada juga yang hanya berdiri sebuah plang sebagai tanda pos.

Pos Taman Sari Bawah adalah pos 1 [11.35] dalam jalur ini, berada pada ketinggian 2300mdpl. Sedari basecamp hingga pos ini, kita akan menerobos pepohonan(hutan) dengan jalur pendakian tanah liat sehingga patut berhati-hati ketika hujan turun. Sayang saat pendakian kami, hutan yang berada di jalur pendakian telah hangus terbakar. Kebakaran baru saja terjadi di kawasan itu. Hijau pepohonan yang berseri-seri kini terkulai pekat hitam abu ulah tangan-tangan jahil tak bertanggung jawab.

Sial menimpaku sesampainya di pos ini. Tas carier yang aku kenakan, pengait talinya putus. Rusak, dan harus diikati. Ooh dalam hati aku bergumam ”buset tas oraaang, aku rusakin L”.  Syukurlah tas masih bisa dipake, meski tak seimbang lagi. Lanjut gan.

Tips untuk sobat alam “Gunakanlah peralatan yang dalam keadaan baik dan siap saat melakukan pendakian, periksa kembali sebelum pendakian dan jika terjadi kerusakan, jangan panik. Pasti ada jalan”

Ditengah terik mentari yang sudah berada di atas kepala [12.45], Pos 2, Taman Sari Atas pada ketinggian 2470mdpl berhasil kami gapai. Dari pos 1 hingga pos 2 ini, kami bisa menikmati pemandangan yang lebih baik. Lebih hijau.

Berdasarkan perkiraan kami, track berikutnya bukan lagi hutan yang rindang. Tapi jalur setapak tanpa pepohonan rindang yang melindungi kami dari sengatan mentari. Maka kami, sebagai pria maco dan berani tak ragu untuk memakai lotion pelindung sinar matahari (sun block) haha.

Tips untuk sobat alam “Jika anda bermain di alam terbuka dan tersengat sinar matahari secara langsung, maka pakailah sun block demi kebaikan bersama”

Dalam perjalanan menuju pos 3 [15.54] Penggek, 2780mdpl. Kami menemui sebuah pos bayangan berupa bangunan semipermanen di ketinggian 2495mdpl. Perjalanan menuju pos 3 ini cukup menjenuhkan, karena kami harus berputar-putar untuk mendaki punggung gunung Lawu. Lama dan panjang. Namun setiap rasa jenuh itu kian pekat, ku berhenti sejenak. menyebarkan pandangan ke berbagai penjuru. Terhampar karya Allah yang Maha Indah.

Selepas pos 3, track yang kami lalui cupuk beragam mulai dari tanah liat hingga bebatuan. Karya Allahpun kian tersuguh indah. Ketika hari sedang bersiap menghantar fajar, langit menumpahkan rizkinya. Hujan pun turun. Gerimis manis hingga deras menguras mengiri kami menuju pos 4.

Di pos 4, Cokrosuryo [17.05] ini kami berjumpa dengan rombongan pendaki dari Undip. Langit mulai cerah. Menjadi latar pertemuan yang indah antara kami dengan temen-temen Undip. Maka kita pun tak ragu beriringan bersama melepas kepergian mentari ke peraduan.

Sunsite di Lawu
Hujan tak lagi deras, gerimispun kian sungkan, tapi dingin mulai menikam. Hari mulai gelap, kami tetap bersama menuju tanah lapang, tempat kami meregangkan tulang. Seperti halnya gunung-gunung yang lain, di Lawu pun terdapat tempat perkemahan bagi para pendaki. Namun ada yang beda di Lawu, terlihat aneh bahkan. Terdapat sebuah warung dengan ruangan yang cukup luas. Warung Mbok Yem namanya, warung yang berada di ketinggian 3170mdpl ini senantiasa siap menyediakan makanan dan minuman hangat bagi para pendaki yang singgah di warung itu. Selain menyediakan makanan, para pendakipun dapat berteduh di dalam warung Mbok Yem yang mampu menampung 150-200 orang.


Warung Mbok Yem

Aneh, memang aneh. Heran itu kesan pertama yang ku rasa setelah melihat warung Mbok Yem. Kok bisa ada warung di atas gunung setinggi itu, bagaimana membawa peralatannya? Bagaimana membawa bahan makanannya? Bagaimana pula Mbok Yem dengan perawakan tidak kecil, dan sudah berumur bisa mencapai tempat dengan ketinggian di atas 3000mdpl? Sayang jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkeliaran dipikiranku itu tidak pernah muncul pasti. Sekedar mengobrol dengan kami pun, Mbok Yem dan kerabatnya tak sempat. Mereka sibuk menyediakan ini-itu bagi para pendaki yang pada waktu itu sangat membludak. Bahkan warung Mbok Yem yang sebesar itu, tak sanggup menampungnnya. So, harus ada yang rela mendirikan tenda di halaman warung untuk berteduh. Dan kami termasuk diantara orang yang rela tersebut.

Banyak rombongan lain yang melakukan pendakian pada waktu yang sama dengan kami. Dan rombongan terbesar adalah dari Undip. Pendakian massal dengan 100 peserta lebih. [18.06] kami tiba di warung Mbok Yem, dan kami menjumpai warung yang sudah ramai berjubal. Tidak ada lagi tempat tidur(selonjoran) tersisa, dan kamipun terpekur bersanggah lutut di salah satu lorong dekat dapur warung itu. Terpekur diam, hingga hujan reda dan kami mendirikan tenda. Terusirlah kami.




Diusir Mbok Yem (part1)
Diusir Mbok Yem (part3)
Read more

0 Diusir Mbok Yem (part1)

(Pendakian Gunung Lawu, 9-11 Nopember 2012)

Bersama empat temanku, kami sepakat untuk melakukan pendakian Gunung Lawu, November lalu. Tujuan kami satu, Puncak Tertinggi Gunung Lawu.  Hargodumillah namanya, berada pada ketinggian 3265mdpl. Tidak ada yang mudah dalam pendakian gunung, termasuk pendakian ini. Meski sulit, kami pasti bisa, selagi memiliki bekal yang kuat. Yaitu Tekad.

Kenapa sih naik gunung? Ini adalah pertanyaan yang sangat sulit dijawab. Masing-masing punya alasan sendiri kenapa naik gunung. Kesukaan naik gunung ini datang begitu saja menghampiriku. Bak cinta pertama, tak tahu kenapa perasaan ini muncul. Cinta, kata sederhana yang mungkin bisa menjelaskan semuanya.
Sebagian masih ada saja yang ngeyel dengan jawabanku itu, mereka berargumen itu tidak rasional. Ini itu, ini itu lah. Kadang aku bertanya-tanya kepada mereka. Apakah mereka hanya menggunakan pikiran dalam menentukan pilihan, ke mana hati mereka? Tertutupkah?

Jum’at malam aku baru putuskan untuk bergabung bersama Dimas, Helmy, Harlian dan Aryo dalam pendakian. Hanya 1 jam sebelum rencana keberangkatan. Mendadak, yah sangat mendadak. Biarlah.
[01.30] Setelah persiapan kian mantap dan perbekalan kian lengkap. Kami bergegas meluncur dari Jogja menggunakan sepeda motor di malam buta menuju basecamp Pendakian Gunung Lawu, Cemoro Kandang tepatnya.  Rintik hujan dan siraman rembulan silih berganti mengiringi perjalanan kami, seolah mereka berebut menarik perhatian kami.

[03.53] Setelah satu kali kami istirahat di Sukoharjo, akhirnya perjalanan kami terhenti. Bukan di basecamp, bukan pula karena rintik hujan, bukan pula karena rembulan tenggelam. Tapi karena aspal. Aspal dalam kelokan menuju Cemoro Kandang yang licin berhasil menghentikan geberan kami. Kelokan licin itu dengan penuh angkuh menjatuhkan Helmy bersama sepeda motornya saat berusaha menaklukannya. Semua kaget, takut, deg-degan saat Helmy terjatuh. Syukurlah tidak parah, hanya luka gores. Mungkin itulah salam penyambutan dari Gunung Lawu. Dengan perasaan yang masih campur aduk, kami putuskan rehat di sebuah Surau dekat kelokan hingga mentari gagah keluar dari peraduannya. Surau Ahmad Maryam dukuh Bulakrejo.

Kami bersyukur, Allah masih melindungi Helmy dan kami. Padahal Helmy terjatuh cukup keras, terlihat dari celana levisnya yang sobek dan suara dentuman yang cukup keras hasil benturan tersebut. Karena kejadian itu Helmy sedikit merasa takut dan khawatir, jadilah dia meminta izin kedua orangtuanya demi meredam rasa khawatir dan do’a yang terus mengalir.

Tips untuk sobat alam “Jangan lupa minta izin dan do’a orang tua saat hendak beraktifitas terutama saat bermain dengan alam”

[09.45] kondisi fisik dan mental kami semakin baik. Segera kami melanjutkan perjalanan, dan ternyata perjalanan dari Surau ke basecamp hanya 10 menit saja. Dekat, cukup dekat.




Read more

0 Adakah Malam

Tanjung Redeb, Berau, Kaltim
adakah anda Jenuh.
ketikat setiap hari menemui hal yg sama, meski itu mengundang tawa sekitar.

adakah anda Yakin.
bahwa ada sesuatu yg pasti di dunia ini, lantas kenapa kita perlu meributkannya.

adakah anda Geli.
ketika gelitikan lebih terasa cubitan. ah asal jangan pedihkan hati saja.

adakah anda Diam.
saat lidah berujar begitu mudah terkulai angin. berkelok sekehendak tiupan.

adakah anda Lantang.
ketika lirih tak lagi bergetar. lembut tak lagi membelai. hanya terbuai. semu.

adakah anda Berpaling.
saat angin begitu kencang mengusap wajah. air begitu deras membasuh ubun-ubun.

adakah anda Berlari.
saat ramai begitu sepi. sunyi begitu gaduh. tenang hampiri saat usik berbisik.

adakah anda Menangis.
ketika linang tak lagi berlian. jernih tak lagi keruh. dan basah bukan lagi penawar gundah.

adakah anda Menyerah.
ketika lubang adalah rambu. oase bukanlah fatamorgana, hanya terhalang pintu besar. ketuklah.


Read more

Delete this element to display blogger navbar

 
© Pejuang Mimpi | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger