Diusir Mbok Yem (part1)

(Pendakian Gunung Lawu, 9-11 Nopember 2012)

Bersama empat temanku, kami sepakat untuk melakukan pendakian Gunung Lawu, November lalu. Tujuan kami satu, Puncak Tertinggi Gunung Lawu.  Hargodumillah namanya, berada pada ketinggian 3265mdpl. Tidak ada yang mudah dalam pendakian gunung, termasuk pendakian ini. Meski sulit, kami pasti bisa, selagi memiliki bekal yang kuat. Yaitu Tekad.

Kenapa sih naik gunung? Ini adalah pertanyaan yang sangat sulit dijawab. Masing-masing punya alasan sendiri kenapa naik gunung. Kesukaan naik gunung ini datang begitu saja menghampiriku. Bak cinta pertama, tak tahu kenapa perasaan ini muncul. Cinta, kata sederhana yang mungkin bisa menjelaskan semuanya.
Sebagian masih ada saja yang ngeyel dengan jawabanku itu, mereka berargumen itu tidak rasional. Ini itu, ini itu lah. Kadang aku bertanya-tanya kepada mereka. Apakah mereka hanya menggunakan pikiran dalam menentukan pilihan, ke mana hati mereka? Tertutupkah?

Jum’at malam aku baru putuskan untuk bergabung bersama Dimas, Helmy, Harlian dan Aryo dalam pendakian. Hanya 1 jam sebelum rencana keberangkatan. Mendadak, yah sangat mendadak. Biarlah.
[01.30] Setelah persiapan kian mantap dan perbekalan kian lengkap. Kami bergegas meluncur dari Jogja menggunakan sepeda motor di malam buta menuju basecamp Pendakian Gunung Lawu, Cemoro Kandang tepatnya.  Rintik hujan dan siraman rembulan silih berganti mengiringi perjalanan kami, seolah mereka berebut menarik perhatian kami.

[03.53] Setelah satu kali kami istirahat di Sukoharjo, akhirnya perjalanan kami terhenti. Bukan di basecamp, bukan pula karena rintik hujan, bukan pula karena rembulan tenggelam. Tapi karena aspal. Aspal dalam kelokan menuju Cemoro Kandang yang licin berhasil menghentikan geberan kami. Kelokan licin itu dengan penuh angkuh menjatuhkan Helmy bersama sepeda motornya saat berusaha menaklukannya. Semua kaget, takut, deg-degan saat Helmy terjatuh. Syukurlah tidak parah, hanya luka gores. Mungkin itulah salam penyambutan dari Gunung Lawu. Dengan perasaan yang masih campur aduk, kami putuskan rehat di sebuah Surau dekat kelokan hingga mentari gagah keluar dari peraduannya. Surau Ahmad Maryam dukuh Bulakrejo.

Kami bersyukur, Allah masih melindungi Helmy dan kami. Padahal Helmy terjatuh cukup keras, terlihat dari celana levisnya yang sobek dan suara dentuman yang cukup keras hasil benturan tersebut. Karena kejadian itu Helmy sedikit merasa takut dan khawatir, jadilah dia meminta izin kedua orangtuanya demi meredam rasa khawatir dan do’a yang terus mengalir.

Tips untuk sobat alam “Jangan lupa minta izin dan do’a orang tua saat hendak beraktifitas terutama saat bermain dengan alam”

[09.45] kondisi fisik dan mental kami semakin baik. Segera kami melanjutkan perjalanan, dan ternyata perjalanan dari Surau ke basecamp hanya 10 menit saja. Dekat, cukup dekat.




comment 0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© Pejuang Mimpi | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger